“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu
nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah
(menyembelih hewan Qurban).Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah
yang terputus (dari rahmat Allah)”. (Q.S
Al-Kautsar : 1-3).
Agama Islam adalah agama sempurna. Kitab suci Agama Islam adalah
Kitab suci penyempurna yaitu Al-qur’an. Dengan demikian kajian-kajian yang
terdapat didalamnya sangat sempurna. Nilai-nilai ajarannya sangat didambakan
setiap umat Islam apabila mendalami sedalam-dalamnya. Perintah dan larangan
dalam Al-qur’an sangat jelas. Kisah-kisah Anbiyaa dibahas dengan jelas
bagaimana kronologinya dan sifat-sifatnya.
Al-Qur’an benar-benar Kalamulloh
Al-qur’an surat Al-Kautsar termasuk surat Al-qur’an yang terpendek.
Surat Al-kautsar ini hanya mempunyai tiga ayat. Surat Al-‘ashr, walaupun
terdiri dari tiga ayat juga, tetapi kosakata yang digunakannya lebih banyak
dari pada surat Al-kautsar. Atas dasar ini, ulama-ulama Al-qur’an menjadikan
surat ini sebagai kadar tantangan minimal Al-qur’an terhadap siapapun yang
meragukan kebenarannya untuk menyusub semacam surat ini.
Dalam Tafsirul Qur’anul karim karangan Muhammad Quraish Shihab
menyatakan bahwa memang pernah ada usaha dari si pembohong, Musailamah, untuk
menyusun surat semacam Al-kautsar ini. tetapi, hasil karyanya begitu buruk,
sehingga bukan pujian atau pengakuan yang diperoleh, malah ejekan dan makian,
gubahannya antara lain, انٌّآ
أعْطَيْنَا كَ اْلجَوَاهِرَ , فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَجَاهِرْ , yang artinya “Sesungguhnya kami telah menganugrahkan
kepadamu permata-permata, dan shalatlah kepada Tuhanmu dan nyatakanlah”.
Jadi entah apa maksud dari ayat yang dibuat oleh Musailamah tersebut.
Sebenarnya menunjukkan bahwa Al-qur’an itu benar-benar “Kalamulloh”,
dan tiada bisa seorang pun yang membuatnya. Ditunjukkan bahwa dengan surat yang
sangat pendekpun seorang Musailamah tidak pantas untuk membuatnya apalagi
sebanyak 144 surat dalam Al-qur’an. Jadi, para umat muslim, kita memang
sangatlah dituntut untuk mempercayai bahwa Al-qur’an itu bukan buatan Nabi
Muhammad SAW, karena beliau hanya sebagai “Mubaligh” Penyampai ayat
Al-qur’an saja kepada umatnya. Nah, sekarang apabila kita sudah percaya akan
hal itu, Lembar-lembar Al-qur’an menanti kita untuk membacanya, mari kita baca
dan renungi bersama betapa indahnya bait-bait Al-qur’an.
Beberapa Riwayat Turunnya Surat Al-Kautsar
Riwayat yang dikutip oleh As-Sayủthi dalam bukunya Asbảb an-Nuzủl,
serta dalam kitab tafsirnya, Ad-Durr al-Mantsủr, dan banyak pakar tafsir
lainnya, seperti Al-Alủsy, Al-Qảsimy, AL-Jamal, Abu Hayyan, dan lainnya. Itu
menyatakan bahwa Al-Qur’an telah menggarisbawahi sejak dini, tentang akan
berlanjutnya keturunan Nabi Muhammad SAW dan bakal banyak dan bakal tersebar.
Ada riwayat yang menyatakan bahwa kaum Musyrik menyatakan bahwa Nabi SAW dan
kaum Muslim terputus dari kebajikan dan kebahagiaan hidup. Nah, surat ini menyangkal
pandangan tersebut.
Fakhruddin Ar-Rảzy dalam tafsirnya
menyatakan bahwa Surat Al-Kautsar ini turun setelah surat Al-Ma’un. Terdapat
keserasian dalam hubangan antara kedua surat ini. Surat Al-Ma’un membicarakan
tentang orang munafik atau orang pendusta agama, dengan empat sifatnya yaitu,
kikir, meninggalkan sholat, riya’ dan menghalangi bantuan. Kemudian surat
Al-Kautsar ini memerintahkan kita untuk Sholat dengan kata Fasholli,
(lawan dari meninggalkan sholat pada surat Al-Ma’un), memerintahkan kepada kita
untuk ikhlas dengan kata Lirobbika “untuk Tuhanmu” (lawan dari riya’
pada surat Al-Ma’un), dan mengajarkan kepada kita untuk memberi santunan dengan
kata Wanhar “sembelihlah Qurban” (lawan dari menghalangi bantuan). Maka,
sangatlah erat “Munasabah surah bissurah”, hubungan surat dengan surat
selanjutnya.
Pengertian Kebahasaan Surat Al-Kautsar
Kata إنّا
yang berarti “sesungguhnya kami” itu adalah harfu taukid atau huruf
penekanan. Bahwa sesuatu yang akan disampaikan adalah sesuatu yang besar, maka
butuh penekanan untuk menyampaikannya. Kata اَعْطَيْنَا
كَ
biasanya diterjemahnkan “kami telah memberimu” dari asal kata أعْطَى
يُعْطِى.
Kata tersebut digunakan untuk pemberian yang bersifat kepemilikan.
Bahwa para ulama ada yang
berpendapat bahwa redaksi yang dipilih ini memberikan isyarat bahwa pemberitaan
itu walaupun banyak, pada hakikatny ia sedikit jika dibandingkan dengan
kedudukan Nabi Muhammad SAW disisi Allah SWT. Ada ulama lain yang berpendapat
bahwa pemberian tersebut akan berkesinambung, karena menurut mereka pemberian
itu tidak bersifat kewajiban, tetapi sekadar penghormatan dan kemurahan yang
tidak terbatas.
Yang dianugrahkan kepada Nabi
Muhammad SAW adalah Al-Kautsar. Kata ini dari segi bahasa, terambil dari kata Katsir كثير atau Katsuro كثر
yang artinya “banyak”. Banyak tafsiran para ulama tentang kautsar. Misalnya,
Al-Qurtuby menyatakan Al-Kautsar itu mu’jizat, orang yang banyak, sholat lima
waktu, kenabian, kitab Al-Qur’an dan lain sebagainya.
Pendapat Thabathaba’iy dalam tafsir
Al-Mizan megatakan bahwa “kalau Al-Kautsar tidak dipahami sebagai atau mencakup
keturunan yang banyak, maka kalimat ini tidak akan bermakna”. Dan kata Inhar
انحر diambil dari kata nahrun نحر yang berarti “dada, sekitar tempat meletakkan
kalung”. Sebelumnya memang dipahami bahwa kata ini adalah untuk menyembelih
binatang. Tetapi, ada pendapat lain yang disandarkan kepada Ali r.a, bahwa kata
ini adalah menyandarkan tangan diatas dada ketika sholat.
Kaitan Kata Sholli dengan Do’a
Sholli berarti “solatlah”. Sementara ulama
tafsir mengemukakan satu riwayat yang disandarkan kepada Ibnu Abbas bahwa
maksud dari kata tersebut adalah perintah melaksanakan sholat lima waktu.
Riwayat lain dari beberapa murid Ibnu Abbas, memahaminya dalam arti perintah
sholat Idul Adha. Ayat kedua surat Al-Kautsar tadi, turun untuk menuntun Nabi
agar melaksanakan sholat Idul Adha terlebih dahulu, baru menyembelih Qurban.
Ketika menafsirkan surat Al-ma’un,
bahwa tafsirannya adalah perintah sholat (melaksanakan perbuatan yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam) dalam Al-Qur’an menurut M. Quraish
Shihab, selalu didahului dengan kata Aqim أقِمْ atau Aqimuu اَقِمُوْا . Sedangkan pada Ayat kedua dari Al-Kautsar ini perintah sholat tidak
dirangkaikan dengannya. Menurut M. Quraish Shihab Perintah sholat disini bukan
untuk melakukan sholat wajib atau sunnah. Tetapi, sholat disini dalam arti
beribadah kepada Allah SWT.
Secara bahasa Sholat adalah do’a. Do’a menurut Rosululloh SAW
adalah العبادةالدعامخ “Addu’a mukhhul ‘ibaadah”. Sehingga, jika sholat menurut bahasa berarti do’a, maka wajar jika
yang dimaksud dengan do’a disini adalah ibadah secara keseluruhan. Al-Qur’an pun
menggunakan kata do’a untuk makna ibadah, demikian pula sebaliknya.
Misalnya dalam Q.S Al-Mu’min : 60, “
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِى اَسْتَجِبْ لَكُمْ ” Dan Tuhanmu
berfirman: “Berdo’alah kepadaKU, niscaya akan KU perkenankan bagimu”.
Berdo’a disini berarti melaksanakan ibadah. Ibadah dalam hal apapun, karena ibadah
banyak sekali bentuknya, salah satu diantaranya adalah mensyukuri nikmat Allah
SWT dan berdo’a agar nikmat tersebut dapat dipelihara dan dapat difungsikan
sesuai dengan tujuan penganugerahannya.
Pelajaran Yang Dapat Dipetik
Dari ketiga ayat yang terdapat dalam Q.S Al-Kautsar ini, dapat
disimpulkan bahwasannya Allah SWT memberikan anugrah yang tidak terhitung
jumlahnya. Dan apabila ada yang meremehkan Nabiyulloh Muhammad SAW, maka karena
kita belum mampu dan masih lemah pemikiran kita. Jadi, kita harus selalu
memperbanyak ilmu untuk mengetahui hal-hal atau tauladan-tauladan Rosululloh
yang patut kita contoh bersama. Kemudian dengan ayat kedua “Fasholli
lirobbika wanhar” kita dituntut untuk melaksanakan sholat dengan penuh
keikhlasan kepada Allah SWT. Dan diperintahkan untuk menyembelih Qurban
pertanda Ikhlas kita dalam melakukan sesuatu.
Dalam Tafsir Al-Maraghi dijelaskan
setelah Allah SWT memberitakan berita gembira kepada Rosululloh SAW, Allah SWT
memerintahkan kepada beliau agar bersyukur atas berita yang diberikan. Nikmat
yang paling sempurna yang dianugrahkan kepada beliau adalah dikalahkannya
musuh-musuh kemudian dihinakanNYA. Maka, turun ayat yang ketiga “Inna
Syaaniaka huwal abtar” orang-orang yang membenci Muhammad akan terputus
segalanya.
Dengan terdapat tiga poin apabila
kita simpulkan secara umum yaitu Pertama, Diperintahkan untuk Mensyukuri
segala sesuatu yang diberikan Allah SWT kepada kita. Kedua, Diperintahkan
untuk melaksanakan Sholat secara ikhlas. Dan Ketiga, Diperintahkan untuk
santun, yaitu salah satunya menyembelih Qurban. Wallahu A’lam Bishowab...
No comments: