Friday, 15 May 2015

HIKMAH SURAT TERPENDEK DALAM AL-QUR’AN

Hukum Menyentuh Dan  Membawa Kitab Tafsir Saat Berhadas
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah (menyembelih hewan Qurban).Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus (dari rahmat Allah)”. (Q.S Al-Kautsar : 1-3).
Agama Islam adalah agama sempurna. Kitab suci Agama Islam adalah Kitab suci penyempurna yaitu Al-qur’an. Dengan demikian kajian-kajian yang terdapat didalamnya sangat sempurna. Nilai-nilai ajarannya sangat didambakan setiap umat Islam apabila mendalami sedalam-dalamnya. Perintah dan larangan dalam Al-qur’an sangat jelas. Kisah-kisah Anbiyaa dibahas dengan jelas bagaimana kronologinya dan sifat-sifatnya.
Al-Qur’an benar-benar Kalamulloh
Al-qur’an surat Al-Kautsar termasuk surat Al-qur’an yang terpendek. Surat Al-kautsar ini hanya mempunyai tiga ayat. Surat Al-‘ashr, walaupun terdiri dari tiga ayat juga, tetapi kosakata yang digunakannya lebih banyak dari pada surat Al-kautsar. Atas dasar ini, ulama-ulama Al-qur’an menjadikan surat ini sebagai kadar tantangan minimal Al-qur’an terhadap siapapun yang meragukan kebenarannya untuk menyusub semacam surat ini.
Dalam Tafsirul Qur’anul karim karangan Muhammad Quraish Shihab menyatakan bahwa memang pernah ada usaha dari si pembohong, Musailamah, untuk menyusun surat semacam Al-kautsar ini. tetapi, hasil karyanya begitu buruk, sehingga bukan pujian atau pengakuan yang diperoleh, malah ejekan dan makian, gubahannya antara lain, انٌّآ أعْطَيْنَا كَ اْلجَوَاهِرَ , فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَجَاهِرْ , yang artinya “Sesungguhnya kami telah menganugrahkan kepadamu permata-permata, dan shalatlah kepada Tuhanmu dan nyatakanlah”. Jadi entah apa maksud dari ayat yang dibuat oleh Musailamah tersebut.
Sebenarnya menunjukkan bahwa Al-qur’an itu benar-benar “Kalamulloh”, dan tiada bisa seorang pun yang membuatnya. Ditunjukkan bahwa dengan surat yang sangat pendekpun seorang Musailamah tidak pantas untuk membuatnya apalagi sebanyak 144 surat dalam Al-qur’an. Jadi, para umat muslim, kita memang sangatlah dituntut untuk mempercayai bahwa Al-qur’an itu bukan buatan Nabi Muhammad SAW, karena beliau hanya sebagai “Mubaligh” Penyampai ayat Al-qur’an saja kepada umatnya. Nah, sekarang apabila kita sudah percaya akan hal itu, Lembar-lembar Al-qur’an menanti kita untuk membacanya, mari kita baca dan renungi bersama betapa indahnya bait-bait Al-qur’an.
Beberapa Riwayat Turunnya Surat Al-Kautsar
            Riwayat yang dikutip oleh As-Sayủthi dalam bukunya Asbảb an-Nuzủl, serta dalam kitab tafsirnya, Ad-Durr al-Mantsủr, dan banyak pakar tafsir lainnya, seperti Al-Alủsy, Al-Qảsimy, AL-Jamal, Abu Hayyan, dan lainnya. Itu menyatakan bahwa Al-Qur’an telah menggarisbawahi sejak dini, tentang akan berlanjutnya keturunan Nabi Muhammad SAW dan bakal banyak dan bakal tersebar. Ada riwayat yang menyatakan bahwa kaum Musyrik menyatakan bahwa Nabi SAW dan kaum Muslim terputus dari kebajikan dan kebahagiaan hidup. Nah, surat ini menyangkal pandangan tersebut.
            Fakhruddin Ar-Rảzy dalam tafsirnya menyatakan bahwa Surat Al-Kautsar ini turun setelah surat Al-Ma’un. Terdapat keserasian dalam hubangan antara kedua surat ini. Surat Al-Ma’un membicarakan tentang orang munafik atau orang pendusta agama, dengan empat sifatnya yaitu, kikir, meninggalkan sholat, riya’ dan menghalangi bantuan. Kemudian surat Al-Kautsar ini memerintahkan kita untuk Sholat dengan kata Fasholli, (lawan dari meninggalkan sholat pada surat Al-Ma’un), memerintahkan kepada kita untuk ikhlas dengan kata Lirobbika “untuk Tuhanmu” (lawan dari riya’ pada surat Al-Ma’un), dan mengajarkan kepada kita untuk memberi santunan dengan kata Wanhar “sembelihlah Qurban” (lawan dari menghalangi bantuan). Maka, sangatlah erat “Munasabah surah bissurah”, hubungan surat dengan surat selanjutnya.
Pengertian Kebahasaan Surat Al-Kautsar
            Kata  إنّا yang berarti “sesungguhnya kami” itu adalah harfu taukid atau huruf penekanan. Bahwa sesuatu yang akan disampaikan adalah sesuatu yang besar, maka butuh penekanan untuk menyampaikannya. Kata اَعْطَيْنَا كَ biasanya diterjemahnkan “kami telah memberimu” dari asal kata  أعْطَى يُعْطِى. Kata tersebut digunakan untuk pemberian yang bersifat kepemilikan.
            Bahwa para ulama ada yang berpendapat bahwa redaksi yang dipilih ini memberikan isyarat bahwa pemberitaan itu walaupun banyak, pada hakikatny ia sedikit jika dibandingkan dengan kedudukan Nabi Muhammad SAW disisi Allah SWT. Ada ulama lain yang berpendapat bahwa pemberian tersebut akan berkesinambung, karena menurut mereka pemberian itu tidak bersifat kewajiban, tetapi sekadar penghormatan dan kemurahan yang tidak terbatas.
            Yang dianugrahkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah Al-Kautsar. Kata ini dari segi bahasa, terambil dari kata Katsir  كثير atau Katsuro كثر yang artinya “banyak”. Banyak tafsiran para ulama tentang kautsar. Misalnya, Al-Qurtuby menyatakan Al-Kautsar itu mu’jizat, orang yang banyak, sholat lima waktu, kenabian, kitab Al-Qur’an dan lain sebagainya.
            Pendapat Thabathaba’iy dalam tafsir Al-Mizan megatakan bahwa “kalau Al-Kautsar tidak dipahami sebagai atau mencakup keturunan yang banyak, maka kalimat ini tidak akan bermakna”. Dan kata Inhar انحر diambil dari kata nahrun  نحر yang berarti “dada, sekitar tempat meletakkan kalung”. Sebelumnya memang dipahami bahwa kata ini adalah untuk menyembelih binatang. Tetapi, ada pendapat lain yang disandarkan kepada Ali r.a, bahwa kata ini adalah menyandarkan tangan diatas dada ketika sholat.
Kaitan Kata Sholli dengan Do’a
            Sholli berarti “solatlah”. Sementara ulama tafsir mengemukakan satu riwayat yang disandarkan kepada Ibnu Abbas bahwa maksud dari kata tersebut adalah perintah melaksanakan sholat lima waktu. Riwayat lain dari beberapa murid Ibnu Abbas, memahaminya dalam arti perintah sholat Idul Adha. Ayat kedua surat Al-Kautsar tadi, turun untuk menuntun Nabi agar melaksanakan sholat Idul Adha terlebih dahulu, baru menyembelih Qurban.
            Ketika menafsirkan surat Al-ma’un, bahwa tafsirannya adalah perintah sholat (melaksanakan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam) dalam Al-Qur’an menurut M. Quraish Shihab, selalu didahului dengan kata Aqim أقِمْ atau Aqimuu اَقِمُوْا . Sedangkan pada Ayat kedua dari Al-Kautsar ini perintah sholat tidak dirangkaikan dengannya. Menurut M. Quraish Shihab Perintah sholat disini bukan untuk melakukan sholat wajib atau sunnah. Tetapi, sholat disini dalam arti beribadah kepada Allah SWT.
Secara bahasa Sholat adalah do’a. Do’a menurut Rosululloh SAW adalah العبادةالدعامخ “Addu’a mukhhul ‘ibaadah”. Sehingga, jika sholat menurut bahasa berarti do’a, maka wajar jika yang dimaksud dengan do’a disini adalah ibadah secara keseluruhan. Al-Qur’an pun menggunakan kata do’a untuk makna ibadah, demikian pula sebaliknya.
            Misalnya dalam Q.S Al-Mu’min : 60, “ وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِى اَسْتَجِبْ لَكُمْ  Dan Tuhanmu berfirman: “Berdo’alah kepadaKU, niscaya akan KU perkenankan bagimu”. Berdo’a disini berarti melaksanakan ibadah. Ibadah dalam hal apapun, karena ibadah banyak sekali bentuknya, salah satu diantaranya adalah mensyukuri nikmat Allah SWT dan berdo’a agar nikmat tersebut dapat dipelihara dan dapat difungsikan sesuai dengan tujuan penganugerahannya.
Pelajaran Yang Dapat Dipetik
            Dari ketiga ayat yang terdapat dalam Q.S Al-Kautsar ini, dapat disimpulkan bahwasannya Allah SWT memberikan anugrah yang tidak terhitung jumlahnya. Dan apabila ada yang meremehkan Nabiyulloh Muhammad SAW, maka karena kita belum mampu dan masih lemah pemikiran kita. Jadi, kita harus selalu memperbanyak ilmu untuk mengetahui hal-hal atau tauladan-tauladan Rosululloh yang patut kita contoh bersama. Kemudian dengan ayat kedua “Fasholli lirobbika wanhar” kita dituntut untuk melaksanakan sholat dengan penuh keikhlasan kepada Allah SWT. Dan diperintahkan untuk menyembelih Qurban pertanda Ikhlas kita dalam melakukan sesuatu.
            Dalam Tafsir Al-Maraghi dijelaskan setelah Allah SWT memberitakan berita gembira kepada Rosululloh SAW, Allah SWT memerintahkan kepada beliau agar bersyukur atas berita yang diberikan. Nikmat yang paling sempurna yang dianugrahkan kepada beliau adalah dikalahkannya musuh-musuh kemudian dihinakanNYA. Maka, turun ayat yang ketiga “Inna Syaaniaka huwal abtar” orang-orang yang membenci Muhammad akan terputus segalanya.
            Dengan terdapat tiga poin apabila kita simpulkan secara umum yaitu Pertama, Diperintahkan untuk Mensyukuri segala sesuatu yang diberikan Allah SWT kepada kita. Kedua, Diperintahkan untuk melaksanakan Sholat secara ikhlas. Dan Ketiga, Diperintahkan untuk santun, yaitu salah satunya menyembelih Qurban. Wallahu A’lam Bishowab...

No comments:

Speak Your Mind

tas wanita
cincin berlian
Powered By Blogger · Designed By Blogger Templates