Friday, 10 April 2015

balasan bagi orang yang mencari ilmu

Dengan ilmu pengetahuan peradaban manusia akan maju dan ilmu pula yang membedakan antara manusia satu dengan lainnya sebagaimana surat Mujadalah 58;11 menyatakan;
"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan".
Apakah hakikat ilmu yang bermamfaat itu? Secara syariat, suatu ilmu disebut bermamfaat apabila mengandung mashlahat - memiliki nilai-nilai kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam. Akan tetapi, mamfaat tersebut menjadi kecil artinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan kepada Dzat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla. Dengan ilmunya ia mungkin meningkat derajat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu meningkat pula di hadapan-Nya.
Oleh karena itu, dalam kacamata ma'rifat, gambaran ilmu yang bermamfaat itu sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. "Ilmu yang berguna," ungkapnya, "ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya dan membuka penutup hati." seakan memperjelas ungkapan ahli hikmah tersebut, Imam Malik bin Anas r.a. berkata, "Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan diri."
Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah Azza wa Jalla. Terhadap ilmunya sungguh tidak akan pernah ada satu pun makhluk di jagat raya ini yang bisa mengukur Kemahaluasan-Nya. sesuai dengan firman-Nya, "Katakanlah : Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al Kahfi [18] : 109).

Islam mewajibkan kepada pemeluknya untuk menuntut ilmu tanpa membedakan ilmu agama dan ilmu umum lainnya karena semua ilmu itu berasal dari Allah yang harus dipelajari. Kewajiban ini disabdakan oleh Rasulullah,”Mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang islam laki-laki dan perempuan”. Dalam hadits lain Rasulullah menyampaikan sabdanya yang diriwayatkan oleh Ibnu Adi dan Baihaqi,”Carilah ilmu itu walaupun sampai ke negeri Cina”.

Bahkan Surat dan ayat pertama kali turun kepada nabi Muhammad Saw melalui Jibril yaitu perintah membaca [Al 'Alaq 96;1-5]
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dalam ayat ini terkandung makna agar ummat islam membaca apa yang tersurat, tersirat dan tersuruk di muka bumi ini sebagai modal dalam kehidupan. Dengan membaca akan diketahui apa yang belum diketahui, dengan pemahaman akan dapat diungkapkan apa yang tersirat dalam ayat melalui pengkajian, penelitian, percobaan maka akan terbongkar semua dan segala rahasia yang selama ini tersuruk baik dalam bumi maupun di angkasa raya. Jadi makna baca bukan sekedar membaca yang tersurat saja tapi pengertiannya sangat luas dan dalam yaitu membaca segala yang ada di dalam bahkan di luar orbit alam ini.


Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Sesungguhnya Allah mengangkat dengan Al-Qur-an beberapa kaum dan Allah pun merendahkan beberapa kaum dengannya.” . Di zaman dahulu ada seseorang yang lehernya cacat, dan ia selalu menjadi bahan ejekan dan tertawaan. Kemudian ibunya berkata kepadanya, “Hendaklah engkau menuntut ilmu, niscaya Allah akan mengangkat derajatmu.” Sejak itulah, orang itu belajar ilmu syar’i hingga ia menjadi orang alim, sehingga ia diangkat menjadi Qadhi (Hakim) di Makkah selama 20 (dua puluh) tahun. Apabila ada orang yang berperkara duduk di hadapannya, maka gemetarlah tubuhnya hingga ia berdiri. Orang yang berilmu dan mengamalkannya, maka kedudukannya akan diangkat oleh Allah di dunia dan akan dinaikkan derajatnya di akhirat. Allah pun telah berfirman tentang Nabi Yusuf ‘alaihis salaam. “...Kami angkat derajat orang yang Kami kehendaki, dan diatas setiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang Maha Mengetahui.” . Disebutkan bahwa tafsir ayat di atas adalah bahwasanya Kami (Allah) mengangkat derajat siapa saja yang Kami kehendaki dengan sebab ilmu.

"Maka ketahuilah (wahai Muhammad), bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah." 

Maka, dalam ayat ini Allah memulai dengan menyebut ilmu. Artinya untuk menjadikan Allah sebagai Tuhan tidaklah begitu saja, pelajari dahulu, kaji dan fahami tentang fakta-fakta kebenarannya setelah itu barulah tentukan siapakah Tuhan yang layak disembah itu. Selain itu, disebutkan bahwa ulama adalah pewaris-pewaris Nabi. Mereka mewarisi ilmu pengetahuan. Barangsiapa yang mendapatkannya, maka dia beruntung dan memperoleh sesuatu yang besar. "Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga''

Allah Ta'ala berfirman;
Menuntut ilmu adalah jalan yang lurus untuk dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil, Tauhid dan syirik, Sunnah dan bid’ah, yang ma’ruf dan yang munkar, dan antara yang bermanfaat dan yang membahayakan. Menuntut ilmu akan menambah hidayah serta membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Seorang Muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Karena itulah. Kewajiban menuntut ilmu ini mencakup seluruh individu Muslim dan Muslimah, baik dia sebagai orang tua, anak, karyawan, dosen, Doktor, Profesor, dan yang lainnya. Yaitu mereka wajib mengetahui ilmu yang berkaitan dengan muamalah mereka dengan Rabb-nya, baik tentang Tauhid, rukun Islam, rukun Iman, akhlak, adab, dan mu’amalah dengan makhluk.

Dalam surah Muhammad 47; 19 Allah berfirman;
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah ulama." (Faathir: 35 28);


"Tiada yang memahaminya kecuali bagi orang-orang yang berilmu" (al-Ankabuut 29: 43);
"Dan mereka berkata, 'Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan) itu, niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala" (al-Mulk 67: 10)

"Adakah sama orang-orang yang tahu dengan orang-orang yang tidak mengetahui." (az-Zumar 39: 9)

Nabi saw. bersabda, "Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, maka ia dikaruniai kepahaman agama." Dan beliau saw. bersabda, "Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar." Abu Dzar berkata, "Andaikan kamu semua meletakkan sebilah pedang di atas ini (sambil menunjuk ke arah lehernya). Kemudian aku memperkirakan masih ada waktu untuk melangsungkan atau menyampaikan sepatah kata saja yang kudengar dari Nabi saw. sebelum kamu semua melaksanakannya, yakni memotong leherku, niscaya kusampaikan sepatah kata dari Nabi saw. itu."

Ibnu Abbas berkata, "Jadilah kamu semua itu golongan Rabbani, yaitu (golongan yang) penuh kesabaran serta pandai dalam ilmu fiqih (yakni ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hukum hukum agama), dan mengerti." Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud "Rabbani"' ialah orang yang mendidik manusia dengan mengajarkan ilmu pengetahuan yang kecil-kecil sebelum memberikan ilmu pengetahuan yang besar-besar (yang sukar).

Abu Musa mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, "Perumpamaan apa yang diutuskan Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gembur yang dapat menerima air (dan dalam riwayat yang mu'allaq disebutkan bahwa di antaranya ada bagian yang dapat menerima air, lalu tumbuhlah rerumputan yang banyak. Daripadanya ada yang keras dapat menahan air dan dengannya Allah memberi kemanfaatan kepada manusia lalu mereka minum, menyiram, dan bertani. Air hujan itu mengenai kelompok lain yaitu tanah licin, tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang pandai tentang agama Allah dan apa yang diutuskan kepadaku bermanfaat baginya. Ia pandai dan mengajar. Juga perumpamaan orang yang tidak menghiraukan hal itu, dan ia tidak mau menerima petunjuk Allah yang saya diutus dengannya."

Ujud cinta kepada ilmu nampak pada kemauan untuk menumbuh suburkan ilmu melalui pemberian bea siswa, penyediaan buku dan kepustakaan. Menurut Imam Al Gazali ada empat macam manusia tentang ilmu yaitu;
1.Orang yang tahu, dia tahu bahwa dia tahu ; pintar.
2.Orang yang tahu, dia tidak tahu bahwa dia tahu; lalai.
3.Orang yang tidak tahu, dia tahu bahwa dia tidak tahu; sadar.
4.Orang yang tidak tahu, dia tidak tahu bahwa dia tidak tahu; bodoh.

Rasulullah bersabda"Barangsiapa yang mempelajari satu dari ilmu dengan maksud akan mengajarkan kepada orang lain, maka diberikan kepadanya pahala tujuh puluh Nabi".

Ilmu terbagi dua dalam menuntutnya;
 Fardlu 'ain ; wajib dituntut oleh semua muslim seperti amaliyah ibadah sehari-hari [shalat, syiam, zakat, membaca Al Qur'an dll.
 Fardlu Kifayah; bila sudah ada yang mengerti ilmu ini maka sunnah dipelajari oleh orang lain seperti; ushul fiqh, tafsir, ilmu hadits, ilmu umum dll.

Ilmu lebih mulia dari amal karena ;
1. Ilmu tanpa amal tetap ada, amal tanpa ilmu tidak terlaksana.
2. Ilmu tanpa amal tetap bermanfaat, amal tanpa ilmu tidak ada manfaatnya.
3. Amal bersifat tetap, sedangkan ilmu bersifat aktif dan dinamis.
4. Ilmu adalah sifat Allah sedangkan amal sifat hamba.
5. Dengan ilmu bisa menguasai dunia dan akherat, Rasulullah bersabda; "Barangsiapa yang ingin kebahagiaan hidup di dunia maka raihlah dengan ilmu, dan siapa yang ingin bahagia di akherat maka raihlah dengan ilmu, dan siapa yang ingin bahagia di dunia dan di akherat maka raihlah dengan ilmu". 

Rasulullah bersabda; "Sendi tegaknya dunia ada empat; ilmunya para ulama, keadilan pemerintah, dermawannya orang kaya dan do'anya orang fakir. Niscaya kalau bukan karena ilmunya para ulama maka rusaklah orang-orang yang bodoh, kalau tidak karena kedermawanan orang kaya niscaya lenyapnya orang fakir, kalau tidak karena keadilan pemerintah niscaya orang akan saling tindas menindas sebagai Srigala makan kambing".

Demikian besarnya keuntungan dan pahala yang diberikan Allah kepada muslim yang mau menggunakan waktu dan potensinya untuk menuntut ilmu apalagi hal itu suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk menuntutnya, sehingga tidak ada alasan baginya untuk tidak menimba ilmu himgga akhir hayat, wallahu a'lam [Cubadak Solok,15 Syawal 1431.H/ 24 September 2010]


balasan bagi orang mencari ilmu, pahala bagi orang yang menuntut ilmu, hasil dari orang yang menuntut ilmu

No comments:

Speak Your Mind

tas wanita
cincin berlian
Powered By Blogger · Designed By Blogger Templates